PENGERTIAN PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) DAN LANGKAH –
LANGKAH MELAKSANAKAN PTK
PENGERTIAN PTK (PENELITIAN TINDAKAN
KELAS) DAN
LANGKAH – LANGKAH MELAKSANAKAN PTK
a.
Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research (CAR), yaitu
satu action research yang dilakukan
di kelas. Classroom action research
diawali dari istilah action research.
Untuk mempermudah memahami pengertian PTK maka berikut akan
diuraikan pengertian tiga unsur atau konsep yang terdapat dalam penelitian
tindakan kelas yakni :
1.
Penelitian adalah aktivitas
mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan
data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
2.
Tindakan adalah suatu aktivitas yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan
tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitass proses belajar
mengajar.
3.
Kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.[1][1]
Beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut
para ahli yakni Menurut David Hopkins, PTK mengandung pengertian bahwa PTK
adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku
pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan
keadilan tentang :
1) Praktik-praktik kependidikan mereka;
2) Pemahaman mereka tentang
praktik-praktik tersebut dan
3) SITUASI dimana praktik-praktik
tersebut dilaksanakan.
Menurut Rapoport dan Hopkins, pengertian penelitian tindakan
kelas adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis
persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan
ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.[2][2]
Menurut Hopkins, “PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan – tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.[3][3]
Menurut Kemmis dan MC. Taggart yaitu : “PTK adalah studi yang dilakukan untuk
memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara
sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.”[4][4]
Menurut Rochman Natawijaya,
“PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat
situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat
dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.”
Menurut pendapat Suyanto
“PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan – tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.”[5][6]
Menurut PGSM pengertian “PTK adalah sebagai suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan – tindakan yang dilakukan, serta
memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.[6][7]
Menurut Kasihani PTK adalah penelitian praktis, bertujuan
untuk memperbaiki kekurangan - kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan
cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan
sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan
tugasnya sehari – hari.[7][8]
Selanjutnya I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi
Nasution merumuskan pengertian penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
“penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”[8][9]
b.
Langkah – Langkah PTK
Melaksanakan PTK, memerlukan perencanaan dan persiapan yang
matang, agar hasil yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil
yang optimal. Menurut Zainal Aqib dkk, merumuskan langkah – langkah PTK sebagai
berikut :
1.
Tahap 1 : Tahap Perencanaan
Dalam
perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yakni :
- Identifikasi masalah
- Merumuskan masalah
- Pemecahan masalah
2.
Tahap 2 : Acting (pelaksanaan)
3.
Tahap 3 : Observation (pengamatan)
4.
Tahap 4 : Refleksi
1.
Tahap perencanaan
Langkah
pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti.
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yaitu identifikasi masalah,
merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan,
terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang
sempurnanya tahap perencanaan.
1).
Identifikasi Masalah
Langkah
pertama dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan identifikasi permasalahan.
Identifikasi ini mirip seperti diagnosis yang dilakukan oleh dokter kepada
pasiennya. Jika diagnosisnya tepat, maka obat yang diberikan pasti mujarab.
Sebaliknya, jika diagnosisnya salah, maka resep obatnya pasti juga tidak tepat
sasaran. Demikian pula dalam PTK, identifikasi yang tepat akan mengarahkan pada
hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar
siswa. Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat
penelitian menjadi sia-sia, disamping memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi
masalah menjadi titik tolok bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab,
tidak semua masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK, sebagaimana
tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan resep dokter spesialis tertentu.
Hanya masalah-masalah tertentu yang dapat diatasi dengan PTK, sebagaimana
penyakit tertentu yang hanya bisa sembuh dengan resep tertentu pula. Empat
langkah yang dapat dilakukan agar identifikasi masalah mengenai sasaran.
a. Masalah Harus Rill, masalah yang
diangkat adalah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar secara
langsung oleh guru.
b. Masalah Harus Problematik
Banyak
masalah di sekolah, tetapi, tidak semua masalah layak diangkat dalam PTK. Hanya
permasalahan yang problematiklah yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan
yang bersifat problematik adalah permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru,
mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya
secara penuh.
c. Manfaatnya Jelas
Hasil
penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat dengan
kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah. Hasil PTK harus
dapat dirasakan, bagaikan obat yang menyembuhkan. Untuk mendapatkan manfaat PTK
yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi
jika masalah tersebut dibiarkan? Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut
berhasil diatasi? Dan, tujuan pendidikan mana yang akan gagal jika masalah
tersebut tidak teratasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menuntun
para pelaku PTK untuk dapat menemukan hasil atau “obat” yang mujarab.
d. Masalah Harus Fleksibel
Masalah
yang hendak diteliti harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan
peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Jadi,
tidak setiap masalah yang riil, problematik, dan bermanfaat secara jelas dapat
diatasi dengan PTK.
2).
Analisis Penyebab Masalah dan
Merumuskannya
Langkah
kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai kemungkinan penyebab
munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah menemukan masalah yang
rill, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah tersebut harus
ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan
penyebab masalah. Beberapa di antaranya adalah dengan menyebar angket ke siswa,
mewawancarai siswa, observasi langsung, dan lain sebagainya. Di samping itu,
peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan siswa dan observasi langsung.
Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut dikumpulkan dan dianalisis
secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya masalah dapat ditemukan.
Akar
masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan akar masalah
yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Akar masalah inilah
yang nantinya akan menjadi tolok ukur tindakan. Dengan menemukan akar masalah,
maka sama halnya dengan si peneliti telah menemukan separuh dari solusi
masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya merupakan kebalikan dari akar
masalah.
3).
Ide untuk Memecahkan Masalah
Sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi rencana tindakan
untuk mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi masalah
inilah yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi, sebelum memutuskan
tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti harus mengembangkan
banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan atas
tindakan yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK adalah kegiatan ilmiah
sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai, sebaik apa pun tindakan
guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku ilmiah. Setelah
identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah, dan menemukan
alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul
penelitian.
2.
Tahap Acting (Pelaksanaan)
Tahap
kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah
direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat
bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus
terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses
refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan
maksud semula.
3.
Tahap Observation (Pengamatan)
Tahap
ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi menyatakan bahwa
observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata
lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang
dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data
(angket/wawancara/observasi, dan lain-lain).
Jika
PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh
kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian,
antara tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan (dilakukan oleh
kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau
kelas. Inilah sebabnya, mengapa Suharsimi mengatakan kurang tepat jika
pengamatan disebut sebagai tahap ketiga. Sebab, antara tahap kedua dan tahap
ketiga itu berlangsung secara bersamaan. Walaupun demikian, tidak ada salahnya
kita menyebut “pengamatan” sebagai tahap ketiga dalam PTK. Hanya saja, sebutan
ini hanya untuk membedakan antara tindakan dan pengamatan, bukan menunjukkan
suatu urutan.
Ketika
guru sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis seluruh perhatiannya
terpusat pada reaksi siswa dan tindakan selanjutnya yang akan diterapkan. Atas
dasar ini, tidak mungkin guru mengamati tindakannya sendiri. Di sinilah
diperlukan seorang pengamat yang siap merekam setiap peristiwa berkaitan dengan
tindakan guru. Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya juga
membuat catatan-catatan kecil agar memudahkan dalam menganalisis data.
4.
Tahap Refleksi
Tahap
keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting). Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah
"memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya ke
cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya.
Jika
penelitian dilakukan secara individu, maka kegiatan refleksi lebih tepat
disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah kegiatan untuk melakukan
introspeksi terhadap diri sendiri. Ia harus jujur terhadap dirinya sendiri
dalam mengakui kelemahan dan kelebihannya. Dalam hal ini, guru dan peneliti
juga harus mengakui sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi mana harus
diperbaiki. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan
tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru
yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau
kolabolator. Tetapi, jika PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang
paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi
pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki.
5.
Tambahan: Siklus-Siklus dalam PTK
Siklus
adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dalam hal ini, yang dimaksud
siklus-siklus dalam PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK,
sebagaimana disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian
yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Jika
dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya
merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja, antara siklus
pertama, kedua, dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi
setahap. Jadi, antara siklus yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama,
meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Setiap
akhir refleksi selalu menjadi babak baru bagi siklus berikutnya. Artinya, guru
dan pengamat harus selalu diskusi setiap akhir refleksi untuk merencanakan
tindakan baru atau memasuki siklus kedua. Dengan proses atau tahapan yang sama,
guru dapat melanjutkan ke siklus-siklus berikutnya, jika memang sampai pada
siklus tertentu ia belum merasa puas atau belum berhasil mendongkrak prestasi
belajar siswa. Demikian seterusnya, sehingga semakin banyak siklus yang
dilalui, semakin baik hasil yang diperoleh. Hasilnya adalah, kepuasan guru dan
kepuasan siswa atas prestasi belajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar