PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN
APRESIASI SENI TARI NUSANTARA (TARI SAMAN) MELALUI PENDEKATAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA REKAMAN VIDEO
PADA SISWA KELAS VIII-2 SEMESTER 2 SMP NGURAH RAI KEROBOKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PADA SISWA KELAS VIII-2 SEMESTER 2 SMP NGURAH RAI KEROBOKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
MGMP
GURU SENI BUDAYA KABUPATEN BADUNG
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Seni tari merupakan salah satu unsur
kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat diperhatikan oleh seluruh bangsa kita.
Hal ini telah ditegaskan dalam UUD.1945 pasal 32, yang rumusannya sebagai
berikut : (1) kebudayaan banngsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai sebuah
usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. (2) kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. (3) Usaha kebudayaan harus
menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak
bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan
bangsa Indonesia.
Muatan seni budaya sebagaimana yang
diamanatkan dalam Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata
pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata
pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi
terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya
merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.
Pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan,kebermaknaan, dan
kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak
pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi
dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui
seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata
pelajaran lain.
Pendidikan Seni Budaya memiliki
sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna
pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara
dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya.
Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi
(pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara
memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat
multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan
kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Hal ini
merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup
secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang
harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan
yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial,
musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas,
kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan
emosional.
Bidang seni rupa, musik, tari, dan
teater memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan
masing-masing. Dalam pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus
menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman
mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui
upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks
budaya masyarakat yang beragam. (BSNP /Permendiknas 22/ 2006)
Pendidikan seni tari tidak
dipelajari secara sungguh-sungguh oleh sebagian besar siswa, dengan berbagai
alasan, seperti materi ujian nasional hanya beberapa mata pelajaran saja, dan
tidak termasuk pendidikan seni.
Pembelajaran seni tari di SMP
cenderung menggunakan model konvensional yaitu guru memberikan contoh ragam
tari dengan demonstrasi, kemudian siswa diminta untuk menirukan, sehingga
harapan menjadikan siswa yang memiliki kompetensi untuk menuju pengembangan
yang kreatif belum tampak.
Langkah-Iangkah tersebut kiranya
masih perlu diperkuat dengan strategi pembelajaran yang lebih tepat dan
efektif, inovatif, agar siswa dapat memahami konsep dan pentingnya seni budaya,
dapat nampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, berkreativitas
melalui seni budaya serta mampu menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam
tingkat lokal, regional, maupun global. Dengan demikian akan lebih baik apabila
lebih banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman
berapresiasi seni melalui rekaman video, sehingga pembelajaran seni tari yang
diisyaratkan dalam kurikulum dapat tercapai.
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka penulis mengangkat permasalahan dengan judul “Peningkatan Apresiasi Seni
Tari Nusantara (Tari Saman) Melalui Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan Media Rekaman Video Pada Siswa Kelas
VIII-2 Semester 2 Smp Ngurah Rai Kerobokan Tahun Pelajaran
2012/2013”
- Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut.
- Strategi pembelajaran seni tari cenderung bersifat tradisional dan berpusat pada guru, kurang mengembangkan atau memberdayakan kreativitas siswa.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Apakah penerapan model Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Rekaman Video Pada Siswa Kelas VIII-2 Semester 2 Smp Ngurah Rai Kerobokan Tahun Pelajaran 2012/2013?
- Tujuan Umum
4.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apakah
penerapan model Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan
Media Rekaman Video Pada Siswa Kelas VIII-2 Semester 2 Smp
Ngurah Rai Kerobokan Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan
apresiasi seni .
- Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan apresiasi seni
tari melalui penerapan model Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Berbantuan Media Rekaman Video Pada Siswa Kelas VIII-2 Semester
2 Smp Ngurah Rai Kerobokan Tahun Pelajaran 2012/2013.
5.
Manfaat Penelitian
- Bagi guru :
- Dapat meningkatkan pengembangan model pembelajaran dikelas terutama pendekatakan pembelajaran kontekstual berbantuan media rekaman video.
- Dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dikelas, mengingat karakteristik siswa yang bermacam-macam.
- Bagi Siswa :
- Dapat meningkatkan apresiasi seni yang optimal pada mata pelajaran seni tari.
- Dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar seni tari
- Bagi Sekolah :
- Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan program sekolah.
- dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI DAN HIPOTESIS
- Landasan Teori
2.1
Apresiasi
Pengertian apresiasi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah penilaian baik; penghargaan; misalnya terhadap
karya-karya sastra ataupun karya seni.
Apresiasi berasal dari bahasa
Inggris, appreciation yang berarti penghargaan yang positif. Sedangkan
pengertian apresiasi adalah kegiatan mengenali, menilai, dan menghargai bobot
seni atau nilai seni. Biasanya apresiasi berupa hal yang positif tetapi juga
bisa yang negatif. Sasaran utama dalam kegiatan apresiasi adalah nilai suatu
karya seni. Secara umum kritik berarti mengamati, membandingkan, dan
mempertimbangkan. Tetapi dalam memberikan apresiasi, tidak boleh mendasarkan
pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian apresiasi harus dengan
setulus hati dan menurut penilaian aspek umum.
Pengertian apresiasi secara umum
adalah suatu penghargaan atau penilaian terhadap suatu karya tertentu. Biasanya
apresiasi berupa hal yang positif tetapi juga bisa yang negatif. Apresiasi
dibagi menjadi tiga, yakni kritik, pujian, dan saran. Sementara itu, orang yang
ahli dalam bidang apresiasi secara umum adalah seorang kolektor atau pencinta
suatu seni pada umumnya. Tetapi dalam memberikan apresiasi, tidak boleh
mendasarkan pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian apresiasi harus
dengan setulus hati dan menurut penilaian aspek umum.
Dari pengertian di atas dapat di
simpulkan bahwa apresiasi positif dapat diberikan kepada seseorang, atau
beberapa individu atau sebuah kelompok yang melakukan karya positif dengan
suatu hal yang positif juga, atau sebaliknya.
Apresiasi dapat dimaknai secara
aktif dan pasif. Apresiasi aktif yakni kegiatan apresiasi dengan melibatkan
peserta dalam kegiatan tertentu. Misalnya, seorang ikut menari, atau juga dapat
ditempuh denganmemberi tanggapan atau kritikan terhadap karya yang diamati.
Apresiasi pasif dapat dilakukan ketika seseorang menyaksikan pertunjukan tanpa
ada tindakan untuk mengkritik atau menilai pertunjukan tersebut.
Dalam penelitian ini yang akan
dicoba untuk diterapkan adalah apresiasi seni secara aktif. Adapun caranya
adalah dalam pembelajaran Seni Tari, selain pembelajaran secara demonstrasi
juga akan disajikan rekaman video tentang tari-tarian Nusantara.
Langkah- langkah dalam apresiasi
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. peserta didik mengamati tarian
melalui rekaman vidio.
2. peserta didik berdiskusi tentang
tarian yang di amati
3. peserta didik melakukan gerakan
tari sesuai dengan tayangan vidio
Ketika pengalaman seperti ini
dilakukan berulang-ulang maka diharapkan daya apresiasi siswa terhadap seni
tari semakin meningkat. Dengan meningkatnya daya apresiasi siswa terhadap seni
tari diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran seni tari dikelas.
2.2 Apresiasi Seni
Pengertian apresiasi Seni adalah
menikmati, menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni lebih tepat lagi dengan mencermati karya
seni dengan mengerti dan peka terhadap segi-segi estetiknya, sehingga mampu
menikmati dan memaknai karya-karya tersebut dengan semestinya.
Apresiai seni berarti kegiatan
mengartikan dan menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni serta menjadi
sensitif terhadap gejala estetis dan artistik sehingga mampu menikmati dan
manilai karya tersebut secara semestinya. Dalam mengapresiai, seorang penghayat
sedang mencari pengalam estetis. Sehingga motivasi yang muncul adalah motivasi
pengalaman estetis.
Dari pengertian di atas dapat
disimpilkan bahwa apresiasi seni adalah menikmati, menghayati, merasakan dan
mencermati karya seni sehingga menyadari sepenuhnyaseluk beluk karya seni
serta menjadi sensitif terhadap
gejala estetis dan artistik.
2.3 Pengertian Seni
Menurut Ki Hajar Dewantara seni
adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah,
sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia
Menururt Prof. Drs. Suwaji bastomi
seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang menyatakan dalam
bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru.
Menurut H. Enslikopedia Indonesia
seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang karena keindahannya orang
senang melihatnya atau mendengarnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian seni adalah aktivitas batin yang timbul dari
perasaan yang indah sehingga menghasilkan ciptaan yang indan dan orang senang
melihat dan menikmatinya.
2.4 Seni Tari
Seni tari merupakan salah satu
bidang seni yang secara langsung menggunakan tubuh manusia sebagai media, yang
merupakan ungkapan nilai keindahan dan nilai keluhuran lewat gerak dan sikap
tubuh dengan penghayatan seni. Keberadaan seni tari nusantara yang diwariskan
hingga sekarang secara sederhana dapat dikatakan selalu seiring dengan
perkembangan masyarakat pendukungnya. Menyadari agar seni tari tetap eksis maka
pemerintah dan praktisi seni memasukkan ide-ide baru untuk tetap dapat
melestarikan budaya bangsa. Maka disusunlah kurikulum untuk SMP yang disebut
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)..
KTSP merupakan salah satu bentuk
realisasi kebijakan desentralisasi di bidang pendidikan agar kurikulum
benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik di
sekolah yang bersangkutan di masa sekarang dan dimasa yang akan datang dengan
mempertimbangkan kepentingan lokal, nasional dan tuntutan global dengan
semangat MBS (Manajemen Berbasis sekolah). Pengembangan KTSP merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) yang merupakan kurikulum operasional,
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing sekolah.
Untuk membatasi apa yang disebut
dengan tari maka lahirlah bermacam-macam definisi tari. Definisi tersebut
disusun oleh beberapa tokoh seni tari atau bidang seni lain yang dalam hidupnya
banyak berkecimpung dalam bidang seni tari. Wisnoe Wardhana (9160:3) dalam
bukunya pengajaran tari menyatakan bahwa tari adalah ekspresi estetis dalam
gerak dengan media tubuh manusia. Soedarsono (1990:27) dalam bukunya
djawa dan Bali dua pusat pengembangan drama tari di Indonesia menyatakan bahwa
tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis yang
indah. Secara khusus seni tari Bali adalah seni yang mengungkapkan ekspresi
gerak tubuh melalui agem, tandang, tanngkep dan tanngkis serta dijiwai oleh
unsur-unsur seni budaya daerah sehingga menimbulkan ekspresi gerak yang khusus
(depdikbud, 1994:10)
Seorang ahli jiwa, mengatakan bahwa
tari adalah pernyataan gaya instigtif otot tentang suatu perasaan atau dengan
kata lain tari adalah kerja rasa manusia yang penyalurannya melewati otot-otot
( Crawky dalam Wisnoe wardhana, 1990:33). McNeil dixon seorang penari
mengatakan bahwa tari adalah dialek jiwa. Dengan kata lain tari adalah
nilai-nilai kejiwaan yang tampak dalam gaya gerak (McNeil Dixon dalam Wisnoe
Wardhana, 1990:33).
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tari secara konseptual adalah ekspresi
jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis yang indah yaitu agem,
tandang, tangkep dan tangkis.
Faktor-faktor yang esensial untuk
dimiliki atau dikuasai oleh seorang penari sebagai persyaratannya adalah:
pertama, kemampuan peragaan, dan kedua adalah tentang kemampuan atau penguasaan
kejiwaan.
2.5
Pendekatan Kontekstual
Kontekstual merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel
untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
pendekatan kontektual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat.
Komponen pembelajaran Kontekstual
meliputi:
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan
membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu.
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan
pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa
mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara
berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya
jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa
dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/
konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis,
kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya
jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi
sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat
berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan
kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja
agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model
yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara
belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi
atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian,
kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah
diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan
penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa
yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran
siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan
(pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian
otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu
mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode,
kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan
berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
2.6 Media RekamanVidio
Media video merupakan media yang
akrab di sekitar siswa dan guru. Media video biasa disebut audio visual,
artinya media ini merupakan gabungan antara suara dan gambar. Sesuai dengan
sifatnya, media audio visual memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
media lainnya. Secara fisik Video/VCD pembelajaran merupakan program
pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau VCD dan disajikan dengan
menggunakan peralatan VCD player atau TV monitor serta LCD proyektor
Media audio visual dapat membuat
konsep yang abstrak menjadi lebih kongkrit, dapat menampilkan gerak yang
dipercepat atau diperlambat sehingga lebih mudah diamati, dapat menampilkan
detail suatu benda atau proses, serta membuat penyajian pembelajaran lebih
menarik, sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dalam
pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program
tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih
mudah dan menarik. .
B.
Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini penerapan model Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Rekaman Video dapat
meningkatkan apresiasi seni tari siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP
Ngurah Rai Kerobokan. Dengan melakukan penelitian di sekolah sendiri akan
didapat dua keuntungan yaitu tidak perlu meninggalkan tugas mengajar selama
mengadakan penelitian dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sendiri
sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh siswa yang diajarkan.
b.Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini
adalah semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 yang dimulai bulan Februari 2013.
Subjek penelitian pada saat itu tidak mengalami banyak hambatan dalam belajar
serta materi pembelajaran apresiasi terhadap seni tari memang muncul pada
semester 2 di kelas VIII.
3.2 Subyek Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII/2 yang terdiri dari 40
siswa dengan komposisi perempuan 21 siswa dan laki-laki 19 siswa.
3.3
Sumber Data
Untuk mendapatkan data dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah seluruh siswa kelas VIII/2, guru-guru dan
kepala sekolah
3.4
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data hasil belajar seni tari yang diperoleh dari tes
hasil belajar dan pengamatan yang diperoleh pada akhir tindakan.
b. Alat Pengumpulan data
Sebagai alat pengukur dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini berupa tes unjuk kerja yang merupakan hasil dari
pengamatan rekaman vidio seni tari Nusantara.
3.5 Validasi Data
Untuk meyakinkan bahwa data
penelitian layak untuk pengujian hipotesis, perlu dilakukan pengontrolan
validitas. Pengontrolan ini dilaksanakan agar hasil penelitian yang diperoleh
dapat mencerminkan hasil perlakuan yang diberikan dan dapat digeneralisasi ke
populasi yang ada. Pengontrolan validitas internal dari suatu rancangan
penelitian sangat dibutuhkan agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar
merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan.
3.6
Analisis data
Hasil yang diperoleh berdasarkan tes
yang dilakukan pada siklus I di bandingkan dengan haasil siklus II. Kalau
siklus I hasilnya kurang, maka akan dilanjutkan dengan siklus II sampai ada
perubahan.
3.7 Indikator Kinerja
Capaian yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah capaian target sesuai KKM = 75.
3.8
Prosedur Penelitian
- Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus.
- Langkah-langkah dalam siklus terdiri dari:
- Perencanaan (Planning):
Membuat perencanaan tentang
pembelajaran apresiasi seni. Menyiapkan perangkat Vidio, perangkat
pembelajaran( Silabus, RPP sesuai dengan SK, KD seni tari) , bahan ajar,
menciptakan skenario pembelajaran ,meyiapkan tempat belajaran (aula), Siswa
membentuk kelompok yang dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing terdiri
dari 5 orang. Kelima orang siswa mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda.
- Pelaksanaan (acting):
Pada saat proses pembelajaran
berlangsung (1) guru mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan tari saman;
(2) masing-masing kelompok mengamati tarian yang ditayangkan melalui Video; (3)
kemudian siswa melakukan gerak tari tersebut secara kelompok tahap demi tahap,
(4) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya berupa gerak
tari
3. Observasi
Guru melakukan pengamatan kondisi
kelompok, aktivitas kelompok, kreativitas, inovasi, kerjasama.
- Refleksi (reflecting)
Merefleksikan tindakan
yang telah dilakukan, yang didasari atas perencanaan, pengamatan,
observasi, bila tidak sesuai dengan indikator kinerja (75) maka perlu dilakukan
siklus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bandem, I Made. 1985. Pengembangan
Tari Bali. Denpasar: ASTI
Depdikbud, 1993. Kurikulum
SekolahMenengah Umum. Jakarta.
Depdikbud RI. 1994. Petunjuk
Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakara:
Proyek Pengadaan Sarana dan
Prasarana Peningkatan Mutu Dimenum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar